Pemimpin adalah pelayan umat ; Kisah 2 umar


Toko Busana Anak Murah

shareBBM, Pemimpin adalah pelayan umat
Suatu hari Amirul Mukminin menerima kiriman makanan yang diberi nama habish. Sebuah makanan yang rasanya manis, jenis makanan paling enak di Azerbaijan, yang dikirim oleh gubernur disana. Merasakan nikmatnya makanan itu Sang Umar menanyakan kepada utusan gubernur, apakah semua rakyat disana memakan makanan seperti itu atau tidak.


Tidak. Tidak semua bisa menikmatinya.” Jawab utusan itu gugup.

Wajah sang khalifah langsung memerah pertanda marah. Ia segera memerintahkan kedua utusan itu untuk membawa kembali habish ke negerinya, Kepada gubernur ia menulis surat, “….. Makanan semanis dan selezat ini bukan dibuat dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu.” 

Umar bin Khathab telah memberikan pelajaran teramat berarti. Pemimpin pelayan umat harus memikirkan rakyat sebelum dirinya sendiri. Dalam kesempatan lain Umar pernah menyatakan, “Saya orang pertama yang merasakan lapar kalau rakyat kelaparan dan orang terakhir yang merasakan kenyang kalau mereka kenyang.” 

Pemimpin adalah pelayan umat. Pejabat adalah pelayan masyarakat. Penjual adalah pelayan bagi pelanggan. Ini telah menjadi kesepakatan tidak tertulis dalam setiap sisi kehidupan. Dalam satu masa pemahaman ini mengalami distorsi. Bahkan tidak jarang pemimpin yang minta dilayani.

Lihatlah ketika ada kunjungan kerja dari pejabat pusat atau level lebih tinggi. Jajaran yang lebih rendah sibuk memberikan pelayanan terbaik, dari penjemputan, penyediaan tempat tinggal, kelengkapan akomodasi hingga membawakan tasnya, menyertakan oleh-oleh sampai ‘uang lelah’.

Pelayanan kepentingan masyarakat menjadi sangat sulit. Membuat passport, membuat KTP, SIM, mengurus perijinan sampai pernikahan dan perceraian semuanya serba sulit. Bahkan urusan mengubur jenazah harus membayar sejumlah uang agar semua berjalan dengan mudah. Pajak harus dibayar setiap waktu tapi pelayanan publik memprihatinkan. Sebagaimana pajak penerangan jalan yang dibayar setiap bulan namun kampung kita tetap kegelapan.

Seandainya ada pemimpin pelayan umat seperti Umar bin Khatab yang rela berkeliling melakukan pengawasan langsung terhadap keadaan rakyatnya. Atau presiden seperti Syafrudin Prawiranegara yang tidak tamak dengan kekuasaan. Pejabat seperti Buya Hamka yang selalu sederhana. Panglima zuhud sebagaimana Jendral Sudirman. Tentu jiwa pelayanan kepentingan umat akan menjadi prioritas utama.

Kesadaran melayani orang lain adalah praktik yang telah dilakukan sejak dulu sampai sekarang. Bahkan telah dicontohkan para nabi. Melayani dengan ketulusan, membantu orang untuk fokus pada kekuatan yang dimiliki, membantu orang dalam menyelesaikan masalah adalah praktik-praktik melayani yang memiliki kemuliaan.

Menjadi birokrat atau pegawai di instansi atau dinas apapun Anda, adalah profesi melayani kebutuhan pelanggan. Dan rakyatlah pelanggannya. Bekal utamanya adalah menanamkan sikap helpfullterhadap keluhan  pelanggan.

Perusahaan yang tidak mau melayani akan ditinggal oleh konsumennya. Karena itu hampir semua perusahaan memiliki jargon pelayanan terbaik bagi pelanggannya.

Bagaimana Singapore Airlines memperlakukan penumpang layaknya raja. Garuda Indonesia yang menjaga komitmen ketepatan waktu. Indosat yang selalu menonjolkan pelayanan meliputi customer service yang selalu menjawab tiap panggilan sampai  keramahan sekuriti yang menjawab salam dengan tulus.

Melayani kebutuhan pelanggan berarti membantunya menemukan kemudahan dan manfaat dari produk yang dibeli. Jiwa melayani akan menumbuhkan empati. Melembutkan hati dan mengajarkan keterbukaan. Jiwa melayani akan membuka pintu penerimaan. Jiwa melayani mengokohkan silaturahim (networking).

Namun yang paling penting dari itu semua adalah tumbuhnya kebahagiaan dan kepuasan batin ketika dengan bantuan kita orang lain senang dengan apa yang ia dapatkan.

Kesejahteraan, kebahagiaan dan pelayanan. Bukankah itu yang paling disebut-sebut para kandidat calon Gubernur, Bupati dan Walikota saat kampanye?

Akhirnya, diperlukan pemimpin pelayan umat yang adil dan mandiri untuk membebaskan rakyat dari keterpurukan. Kesejahteraan yang terjadi di masa Umar bin Abdul Azis bukan hanya lantaran meningkatnya penghasilan rakyat, tapi juga tersebarnya kekayaan secara adil. Tanpa pemimpin pelayan umat yang adil dan peduli, kita tidak bisa berharap rakyat akan sejahtera.

Nabi Muhammad SAW. bersabda,

"Barang siapa yang bertambah ilmunya namun tiada bertambah amalnya Tiada bertambah baginya dengan Allah kecuali bertambah jauh " (HR. Dailami dari Ali).

Sumber : http://pribadimanfaat.blogspot.com/2013/09/gubernur-kuli-panggul.html

0 komentar:

Posting Komentar



Ads

Make money, get traffic for FREE. No limits to surf and earn!
Dapatkan uang dan traffic secara GRATIS tanpa batas

We pay you cash for surfing and for referring new members
Kami bayar Anda dengan uang tunai untuk Surfing dan untuk mereferensikan anggota baru

What makes EasyHits4U unique? Famous program with over 810,000 members
Apa yang membuat unik EasyHits4U? Program terkenal dengan lebih dari 810,000 anggota

Receive 100 FREE visitors to your site just after surfing 50 first pages
Dapatkan 100 GRATIS pengunjung ke situs Anda setelah Surfing 50 halaman pertama

Ads by Opini Indonesia

About me


Tanpa melihat sumber copi paste atau bukan, hanya berbagi ilmu dari BBM sebelum hilang ditelan waktu